Wikipedia

Hasil penelusuran

INVESTIGASI EPIDEMIOLOGI

APA ITU HIV/AIDS

AIDS merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus acquired immunodeficiency syndrome yang melemahkan system kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu untuk memerangi berbagai infeksi penyakit yang muncul dalam keadaan normal. HIV (human immunodeficiency virus) adalah HIV yang menyebabkan AIDS dengan menginfeksi dan merusak system pertahanan tubuh yakni lymposit (sel darah putih), yang merupakan salah satu tipe sel darah putih yang memberikan kekebalan pada tubuh manusia.

Virus menyerang limfosit yang disebut T-helper cells (juga disebut T-sell). Virus menginfeksi sel T helper dan berusaha untuk menperbanyak diri, merusak T-sel yang menurunkan kemampuan tubuh memerangi berbagai infeksi dan penyakit.

Ketika jumlah T-sel menurun pada tingkatan yang sangat rendah, orang yang terinfeksi HIV menjadi rentan terhadapa berbagai infeksi. Tidak ada seseorang yang terinfeksi HIV tidak menderita AIDS.

HIV merupakan awal dari penyakit AIDS. Jika seseorang terinfeksi HIV dalam tubuhnya system daya tahan tubuhnya menjadi rendah sehingga mempermudah munculnya infeksi penyakit lain seperti tuberculosis (TBC), Pneumonia, diare dana lainnya.

AIDS merupakan tahap akhir dari gejala penyakit dimana tubuh seseorang yang terinfeksi tidak mampu untuk melawan berbagai infeksi spesifik, dan akhirnya berbagai kumpulan penyakit muncul dalam kasus yang berat.
HIV merupakan penyakit yang sampai saat ini tidak dapat diobati. Sekali seseorang terinfeksi HIV, selama hidupnya virus ini tetap berada dalam tubuhnya dan tidak dapat diobati seperti penyakit-penyakit lain.

HIV merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human immunodefisiensy Virus yakni penyakit yang melemahkan system kekebalan tubuh. Saat seseorang terinfeksi HIV maka virus menyerang system pertahanan tubuh yang disebut dengan sel darah putih. Lama kelamaan sel-sel darah putih kita mengalami kekurangan/kelumpuhan, dan sebaliknya akan bertambah besar jumlahnya.

Maka virus HIV akan masuk dan berkembang biak dalam di dalam darah, cairan tubuh, sperma, dan cairan kelamin wanita. Selama bertahun tahun (bahkan dapat lebih dari 10 tahun), Orang yang terinfeksi HIV masih dalam keadaan sehat, tidak ada menunjukan gejala-gejala sakit (seperti orang orang sehat biasa) tetapi orang tersebut sudah berpotensi untuk menularkan HIV/AIDS kepada orang lain melalui hubungan seks, pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bersama-sama. Bila orang yang terinfeksi HIV melakukan tindik tato pada saat fase ini, bila tindik ini tetap digunakan pada orang lain tanpa disterilkan terlebih dahulu maka orang yang berikutnya yang menggunakan tindik tersebut dapat terinfeksi HIV/AIDS. Bila seseorang yang terinfeksi HIV dan melakukan hubungan suami istri dengan istrinya maka istrinya dapat terinfeksi HIV, dan bila istrinya ini mengandung maka anak, yang dikandungnya dapat terinfeksi HIV.
Dalam keadaan seperti ini kita akan sering mengalami sakit seperti diare, flu yang berulang-ulang, berat badan menurun secara drastic. Sealin itu saat seperti ini seseorang yang terinfeksi HIV akan mudah terinfeksi penyakit lain seperti tuberculosis, pneumonia, penyakit kelamin, dan penyakit-penyakit lainnya. Keadaan ini disebut dengan infeksi oportunistik yang berarti terjadi infeksi-infeksi penyakit lain yang bukan disebabkan oleh HIV karena system kekebalan kita lemah.

Bila dalam jangka yang lama infeksi oportunistik tidak sembuh-sembuh, dan laju perkembangan virus HIV semakin bertambah terus maka akan terjadi penyakit yang disebut AIDS. Sebenarnya AIDS adalah fase akhir dan infeksi HIV. Pada kondisi ini seseorrang yang terjangkit AIDS akan terserang berbagai macam penyakit secara bersamaan, keadaan penderita menjadi bertambah buruk dan pada akhirnya berakhir dengan kematian.


Bagaimana tanda-tanda orang yang terinfeksi HIV/AIDS

Tidak ada tanda-tanda khusus yang yang dapat kita kenali dari penderita HIV/AIDS. Seseorang baru dapat dikatakan menderita HIV/AIDS. Seseorang baru dapat menderita HIV/AIDS bila telah dilakukan pemeriksaan spesifik, yang dilakukan oleh dokter tertentu

Sebagai gambaran perkembangan HIV/AIDS dapat dibagi:

1. Fase infeksi: Dimana seseorang kontak langsung dengan darah, cairan sperma, cairan wanita, dan melalui air susu ibu, orang yang menderita HIV/AIDS
2. Fase tanpa adanya gejala
Fase ini menunjuk pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak menujukan gejala-gejala apapun dalam hidupnya. Dia hidup seperti orang sehata biasa tetapi orang yang terinfeksi sudah dapat menularkan penyakitnya pada orang lain bila melakukan hubungan seks, menggunakan jarum suntik bersama dengan orang yang sehata secara bergantian sewaktu menggunakan narkoba, menyusui pada anak, anak yang sedang dikandung, dan pada saat melahirkan. Selama itu bila dia menggunakan tindik tato dan kemudian kembali oleh orang lain tanpa diterilkan, dan bila dia menggunakan pisau cukur dan kemudian digunakan orang lain lagi tanpa disterilkan. Keadaan ini dapat berlangsung lebih dari 10 tahun tergantung dari daya tahan tubuhnya.
3.
Fase HIV
Fase ini biasanya diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Fase ini sudah menunjukan gejala-gejala oportunistik
4. Fase AIDS
Pada Fase ini Seseorang yasng terinfeksi HIV/AIDS berada dalam kondisi yang buruk dan membutuhkan pengobatan untuk menghambat lajuperkembangan HIV. Pada fase ini tubuh tidak mempunyai daya tahan lagi, dan berbagi macam penyakit seperti tuberculosis yang sangat parah, pneumonia, dan berbagai komplikasi penyakit lain

KITA TIDAK DAPAT MELIHAT SESEORANG MENDERITA HIV AIDS SEBELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN. ORANG BIASANYA MEMERIKSAKAN DIRI SETELAH MUNCUL GEJALA-GEJALA SAKIT, SEMENTARA PENULARAN HIV/AIDS PALING BANYAK TERJADI PAD SAAT ORANG YANG TERINFEKSI BELUM MENUNJUKAN GEJALA-GEJALA (MASIH KELIHATAN SEHAT)

GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DI INDONESIA

PENULARAN HIV/AIDS

HIV ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi dengan virus HIV
Tiga cara utama HIV menular anak adalah
1. Ketika bayi berkembang dalam kandungan ibu
2. Pada saat lahir
3. Dan Selama menyusui
Sedangkan pada remaja dan orang dewasa umumnya HIV menular melalui
1. Hubungan seks yang tidak aman (oral, vaginal, dan anal seks) dimana salh satu pasangan terinfeksi HIV-AIDS. Hal ini dapat terjadi bagi orang yang suka melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan.
2. Penggunaan jarum suntuk secara bersama-sama terutama pada pengguna narkoba (termasuk injeksi dalam pembuatan tato dengan alat ayng tidak steril)
Dalam jumlah kasus yang rendah, HIV juga dapat menular melalui tranfusi darah, pemakaian pisau cukur bersama, luka atau cairan luka orang yang terinfeksi HIV dimana terjadfi kontak langsung dengan orang yang sehat.

HIV tidak menular melalui:
- Kontak kulit, seperti berpelukan atau bersalaman dengan orang yang terinfeksi HIV
- Gelas minuman
- Bersin
- Batuk
- Gigitan yamuk atau insekta lainnya
- Pemakaian handuk secara bersama-sama
- Penggunaan toilet, kamar mandi secara bersama-sama
- Berenang bersama di kolam renang
- Kunci dan gagang pintu



MODE OF TRANSMISSION HIV/AIDS

Dimanakah HIV ditemukan?
HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan semen, cairan vagina dan air susu ibu.

Bagaimanakah HIV ditularkan?
HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
• Penularan Secara Seksual: HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.
• Penularan melalui pemakaian jarum suntik atau semprit secara bergantian: Menggunakan kembali atau memakai jarum atau semprit secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal (Universal Precautions).
• Penularan dari Ibu ke Anak: HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% risiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula risikonya.). Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.
• Penularan melalui transfusi darah: Kemungkinan risiko terjangkit HIV melalui transfusi darah dan produk- produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%). Kendatipun demikian, penerapan standar keamanan darah menjamin penyediaan darah dan produk- produk darah yang aman, memadai dan berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi. Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan patogen lain yang dibawa darah, serta pemilihan donor yang cocok.

Bagaimana risiko terkena HIV dari berciuman?
Penularan melalui ciuman di mulut berisiko sangat rendah, dan belum ada bukti bahwa virus HIV dapat menyebar lewat air ludah karena berciuman.

Bagaimana risiko terkena HIV dari penindikan bagian tubuh atau tato?
Risiko penularan HIV terjadi bila alat yang digunakan terkontaminasi virus HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu atau digunakan secara bergantian dengan orang lain. Alat yang digunakan secara disuntikkan pada kulit hendaknya dipakai hanya satu kali, kemudian dibuang atau dicuci dan disterilkan secara seksama.

Bagaimana risiko terkena HIV dari berbagi alat cukur dengan seseorang yang terinfeksi HIV?
Segala jenis pelukaan dengan menggunakan benda yang tidak disterilkan, seperti silet atau pisau, dapat menularkan HIV. Memakai pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan, kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

Apakah berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif aman dilakukan?
Selalu ada risiko penularan bila berhubungan seks dengan seseorang penyandang HIV-positif. Risiko dapat dikurangi secara signifikan bila kondom digunakan secara konsisten dan tepat.

Apakah aman bagi dua orang individu yang terinfeksi untuk secara eksklusif berhubungan seks tanpa perlindungan?
Tidak. Tidaklah aman bagi dua orang yang terinfeksi HIV untuk melakukan hubungan seks yang tak terlindungi karena adanya kemungkinan infeksi ulang dengan HIV tipe lain, dan kemungkinan menularnya infeksi menular seksual (IMS). Penggunaan kondom sangat disarankan ketika kedua pasangan terinfeksi.
Pencegahan
Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah?
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
• berpantang seks
• hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
• seks non-penetratif
• penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
• Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
• Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.

Apakah "seks aman" itu?
Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.

Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV?
Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki.
Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.

Bagaimana cara memasang kondom pria?
• Kondom berpelumas lebih sedikit kemungkinan untuk robek saat dikenakan atau digunakan. Pelumas berbasis minyak, seperti vaselin, hendaknya tidak digunakan karena dapat merusak kondom.
• Hanya buka bungkusan berisi kondom saat akan digunakan, kalau tidak kondom akan mengering. Berhati-hatilah agar kondom tidak rusak atau sobek ketika anda membuka bungkusnya. Bila kondom ternyata sobek, buang kondom tersebut dan buka bungkusan yang baru.
• Kondom dikemas tergulung dalam bentuk lingkaran gepeng. Pasanglah kondom yang tergulung itu di ujung penis. Peganglah ujung kondom di antara ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan udara supaya keluar dari ujung kondom. Tindakan ini akan menyisakan ruang untuk tempat cairan semen setelah terjadinya ejakulasi. Tetap pegang ujung kondom dengan satu tangan. Dengan tangan yang satunya, gulunglah sepanjang penis yang berereksi ke arah rambut kemaluan. Jika pria pemakai tidak disunat, ia harus menarik kulup ke arah pangkal penis sebelum menggulung kondom.
• Bila kondom tidak cukup berpelumas, pelumas berbasis air (seperti silikon, gliserin, atau K-Y jelly) dapat ditambahkan. Bahkan air ludah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelumas. Pelumas yang terbuat dari minyak-minyak goreng atau lemak, minyak bayi atau minyak mineral, jeli berbasis bahan turunan minyak bumi seperti vaselin dan olesan lainnya - hendaknya jangan digunakan karena dapat merusak kondom.
• Setelah berhubungan seks, kondom perlu segera dilepaskan secara benar.
• Segera setelah si pria pemakai mengalami ejakulasi, ia harus menahan pada ujung dekat pangkal penis untuk memastikan agar kondom tidak terlepas.
• Kemudian, si pria harus menarik keluar penisnya selagi masih dalam keadaan ereksi.
• Ketika penis mengecil kembali, lepaskan kondom dan buanglah kondom pada tempat yang tepat. Jangan membuang kondom ke dalam toilet dan menyentornya dengan air.
• Bila anda akan melakukan hubungan seks lagi, gunakan kondom baru, dan ulangi proses di atas dari awal.

Apakah kondom perempuan?
Kondom perempuan merupakan metode kontrasepsi pertama dan satu-satunya yang dikendalikan oleh perempuan. Kondom perempuan adalah sarung yang terbuat dari bahan polyuretan yang kuat, lembut, dan tembus pandang yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seks. Kondom tersebut sepenuhnya mengikuti bentuk vagina dan karenanya dengan penggunaan yang benar dan konsisten, ia akan memberikan perlindungan dari kemungkinan hamil sekaligus infeksi menular seksual (IMS). Kondom perempuan tidak memiliki risiko dan efek samping, dan tidak memerlukan resep atau intervensi dari staf perawatan kesehatan.

Bagaimana cara memasang kondom perempuan?
• Ambil kondom dari dalam bungkus pelindungnya. Bila dipandang perlu, tambahkan pelumas ekstra pada cincin-cincin kondom bagian dalam dan luar.
• Untuk memasukkan kondom, berjongkoklah, duduk dengan kedua lutut terbuka lebar, atau berdirilah dengan satu kaki bertumpu di atas bangku kecil atau kursi rendah. Pegang kondom dengan bagian ujung yang terbuka menghadap ke arah bawah. Sambil memegang cincin atas "kantung" (ujung kondom yang tertutup), pencet cincin diantara ibu jari dan jari tengah.
• Kemudian letakkan jari telunjuk di antara ibu jari dan jari tengah. Dengan jari-jari dalam posisi tersebut, jagalah agar bagian ujung kondom tetap terjepit dalam bentuk lonjong pipih. Gunakan tangan yang satunya untuk membuka bibir vagina dan masukkan ujung "kantung" yang tertutup.
• Setelah ujungnya masuk, gunakan jari telunjuk anda untuk mendorong "kantung" sampai ke ujung vagina. Pastikan bahwa ujung kondom telah terletak melewati tulang kemaluan anda dengan menekukkan jari telunjuk ke arah atas setelah jari berada beberapa inci di dalam vagina. Anda dapat mengenakan kondom perempuan maksimal delapan jam sebelum melakukan hubungan seksual.
• Pastikan bahwa kondom tersebut tidak terpelintir dalam vagina anda. Jika demikian, keluarkan, berikan satu atau dua tetes cairan pelumas dan masukkan kembali. Catatan: Kira-kira satu inci dari ujung kondom yang terbuka akan berada di luar tubuh anda. Jika pasangan anda memasukkan penisnya di bawah atau di sebelah kantung, mintalah ia untuk menarik keluar kembali. Copot kondomnya, buang dan gunakan yang baru. Sampai anda dan pasangan anda terbiasa dengan kondom perempuan, akan sangat berguna jika anda menggunakan tangan anda untuk membantu memasukkan penisnya ke vagina.
• Setelah pasangan anda berejakulasi dan menarik keluar penisnya, pencet dan putar ujung kondom yang terbuka agar sperma tidak tumpah. Keluarkan perlahan-lahan. Buanglah kondom bekas tersebut (namun jangan membuangnya ke lubang toilet).
• Tidak disarankan untuk menggunakan ulang kondom perempuan.

Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat mengurangi risiko tertular HIV?
Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:
• Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
• Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
• Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.
• Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
• Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.

Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah?
Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.
Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:
• Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
• Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
• Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.

Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh seorang petugas kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting perawatan kesehatan?
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.

Kewaspadaan Universal meliputi:
• Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam (yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik, pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
• Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
• Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
• Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
• Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.
Selain itu, semua pekerja kesehatan harapnya berhati-hati dan waspada untuk mencegah terjadinya luka yang disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan instrumen atau peralatan yang tajam. Sesuai dengan Kewaspadaan Universal, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya.

Apa yang harus dilakukan bila anda menduga bahwa anda telah terekspos HIV?
Bila anda menduga bahwa anda telah terpapar HIV, anda hendaknya mendapatkan konseling dan melakukan testing/pemeriksaan HIV. Kewaspadaan hendaknya diambil guna mencegah penyebaran HIV kepada orang lain, seandainya anda benar terinfeksi HIV

Perawatan
Adakah obat untuk HIV?
Tidak. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.

Jenis pengobatan dan perawatan apakah yang tersedia?
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan antiretroviral.

Apakah obat anti retroviral itu?
Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.

Bagaimana cara kerja obat antiretroviral?
Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan tubuh (immunodeficiency). Obat-obatan antiretroviral memperlambat replikasi sel-sel, yang berarti memperlambat penyebaran virus dalam tubuh, dengan mengganggu proses replikasi dengan berbagai cara.
• Penghambat Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
HIV memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri. Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.
• Penghambat Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
• Penghambat Protease (PI)
Protease merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat produksi partikel virus baru.

Obat-obatan lain yang dapat menghambat siklus virus pada tahapan yang lain (seperti masuknya virus dan fusi dengan sel yang belum terinfeksi) saat ini sedang diujikan dalam percobaan-percobaan klinis.

Apakah obat antiretroviral efektif?
Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).

Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah 'Highly Active Anti-Retroviral Therapy' (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.

Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.

Mengapa ARV tidak siap tersedia?
Di negara-negara berkembang, hanya sekitar 5% dari mereka yang membutuhkan dapat memperoleh pengobatan antiretroviral, sementara di negera-negara berpendapatan tinggi akses tersebut hampir universal. Masalahnya adalah harga obat-obatan yang tinggi, infrastruktur perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan kurangnya sumber pembiayaan, menghalangi penggunaan perawatan kombinasi ARV secara meluas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sebanyak 12 obat-obatan ARV telah diikutsertakan dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO (WHO Essential Medicines List). Diikutsertakannya ARV dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO akan mendorong pemerintah di negara-negara dengan epidemi tinggi untuk lebih memperluas pendistribusian obat-obatan esensial tersebut kepada mereka yang memerlukannya. Sementara itu, meningkatnya komitmen ekonomi dan politik di tahun-tahun terakhir ini, yang distimulir oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA), masyarakat sipil dan mitra lainnya, telah membuka ruang bagi perluasan akses terhadap terapi HIV secara luar biasa.

Perawatan jenis apakah yang tersedia ketika akses ARV tidak tersedia?
Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.

Apakah PEP itu?
Perawatan Pencegahan Pasca Pajanan terdiri dari pengobatan, tes laboratorium dan konseling. Pengobatan PEP harus dimulai dalam hitungan jam dari saat kemungkinan pajanan HIV dan harus berlanjut selama sekitar empat minggu. Pengobatan PEP belum terbukti dapat mencegah penularan HIV. Kendatipun demikian, kajian-kajian penelitian menunjukkan bahwa bila pengobatan dapat dilaksanakan lebih cepat setelah kemungkinan pajanan HIV (idealnya dalam waktu dua jam dan tak lebih dari 72 jam setelah pajanan), pengobatan tersebut mungkin bermanfaat dalam mencegah infeksi HIV

Tes HIV

Apakah tes HIV?
Tes HIV merupakan pengujian untuk mengetahui apakah HIV ada dalam tubuh seseorang. Tes HIV yang umumnya digunakan adalah yang mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons HIV, karena antibodi itu lebih mudah (dan lebih murah) dideteksi dibanding pendeteksian virus itu sendiri. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dalam merespons suatu infeksi.

Bagi sebagian besar orang, antibodi tersebut memerlukan waktu tiga bulan untuk berkembang. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, antibodi ini perlu sampai enam bulan untuk berkembang.

Setelah kemungkinan pajanan, berapa lamakah saya harus menunggu sebelum menjalani tes HIV?
Hendaknya anda menunggu tiga bulan setelah pajanan sebelum dites HIV. Walaupun tes antibodi HIV sangat sensitif, ada "periode jendela" selama tiga sampai 12 minggu, yang merupakan periode antara terinfeksi HIV dengan kemunculan antibodi yang dapat dideteksi. Dalam hal tes anti HIV paling sensitif yang saat ini direkomendasikan, ?periode jendela?-nya adalah sekitar tiga minggu. Periode ini bisa saja lebih lama bila tes yang kurang sensitif yang digunakan.

Selama "periode jendela", orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki antibodi yang dapat dideteksi oleh tes HIV dalam darahnya. Kendatipun demikian, seseorang mungkin sudah memiliki HIV dalam kadar tinggi dalam cairan tubuhnya seperti darah, cairan semen, cairan vagina, dan ASI. HIV dapat ditularkan ke orang lain selama "periode jendela" ini, walau tes HIV mungkin saja tidak menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Mengapa saya harus menjalani tes HIV?
Ada dua keuntungan penting bila anda mengetahui status HIV. Pertama, bila anda terinfeksi HIV, anda dapat mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu sebelum gejala muncul, yang secara potensial dapat memperpanjang hidup anda selama beberapa tahun. Kedua, bila anda tahu bahwa anda terinfeksi, anda dapat mengambil segala kewaspadaan yang dipandang perlu untuk mencegah penyebaran HIV kepada orang lain.

Di mana saya dapat menjalani tes/ pemeriksaan?
Banyak tempat di mana anda dapat dites HIV: di kantor praktek dokter swasta, departemen kesehatan setempat, rumah sakit, klinik keluarga berencana, dan tempat-tempat yang secara khusus dibangun untuk pengetesan HIV. Cobalah untuk mencari tahu tentang tes di tempat dimana konseling HIV/AIDS diberikan.

Apakah hasil tes saya bersifat rahasia?
Semua orang yang melakukan tes HIV harus memberikan izin sebelum dites. Hasil tes harus mutlak dijaga kerahasiaannya.

Ada berbagai jenis tes yang tersedia:
• Tes HIV rahasia
Para ahli kesehatan yang menangani tes HIV menyimpan hasil tes dalam data medis secara rahasia. Hasil tidak dapat dibagi dengan orang lain tanpa izin tertulis dari orang yang dites.
• Tes HIV Anonim
nama orang yang dites tidak digunakan dalam kaitannya dengan tes tersebut. Sebagai gantinya, sebuah nomor kode diterakan dalam tes, yang memungkinkan individu yang dites menerima hasil tes. Tidak ada dokumen tersimpan yang dapat mengaitkan orang dengan tesnya.

Kerahasiaan bersama (shared confidentiality) dianjurkan, dalam artian kerahasiaan tersebut juga dipegang oleh orang lain yang mungkin meliputi anggota keluarga, orang yang dicintai, para pengasuh, dan teman-teman yang layak dipercaya. Namun perlu hati-hati dalam membuka hasil tes HIV karena dapat menimbulkan diskriminasi dalam perawatan kesehatan, serta lingkungan profesi dan sosial. Oleh karena itu keputusan atas kerahasiaan bersama harus sepenuhnya atas kehendak orang yang akan dites. Walaupun hasil tes HIV sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya, para ahli seperti konselor, pekerja sosial, dan pekerja kesehatan perlu juga untuk mengetahui status HIV-positif seseorang dalam upaya memberikan perawatan yang sesuai.

Apa yang harus saya lakukan ketika saya terjangkit HIV?
Berkat perkembangan pengobatan baru, kini terdapat lebih banyak orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih lama. Sangatlah penting bagi anda untuk memiliki dokter yang tahu bagaimana cara perawatan HIV. Konselor atau perawat terlatih dapat memberikan konseling dan merekomendasikan dokter yang tepat.

Selain itu, anda dapat melakukan hal-hal berikut agar tetap sehat:
• Ikuti petunjuk dokter anda. Atur dan tepai janji dengan dokter. Bila dokter anda memberi resep, minumlah sesuai dengan yang tertera dalam resepnya.
• Lakukan imunisasi (suntikan) untuk mencegah infeksi seperti pneumonia dan flu (setelah berkonsultasi dengan dokter anda).
• Bila anda merokok atau anda menggunakan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter anda, segera hentikan.
• Makan makanan yang sehat.
• Berolahragalah secara teratur agar tetap sehat dan kuat.
• Tidur dan beristirahatlah dengan cukup.

Apa artinya bila tes HIV saya hasilnya negatif?
Hasil tes yang negatif berarti bahwa di dalam darah anda, tidak terdapat antibodi HIV saat Anda melakukan tes. Bila anda negatif, pastikan bahwa anda tetap seperti itu: pelajari berbagai fakta mengenai penularan HIV dan hindarkan diri agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak aman.

Kendatipun demikian, masih terdapat kemungkinan terinfeksi, karena sistem kekebalan tubuh memerlukan waktu sampai tiga bulan untuk memproduksi antibodi dalam jumlah yang cukup untuk mengindikasikan infeksi dalam tes darah anda. Sangat disarankan untuk melakukan tes ulang beberapa waktu setelah tes pertama itu, dan seraya menunggunya, anda bersifat waspada. Selama "periode jendela" sangat besar kemungkinan seseorang untuk menularkan, dan karenanya, anda hendaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan
Mitos

Apakah gigitan nyamuk membawa risiko terinfeksi HIV?
HIV tidak menyebar melalui gigitan nyamuk atau gigitan serangga lainnya. Bahkan bila virus masuk ke dalam tubuh nyamuk atau serangga yang menggigit atau mengisap darah, virus tersebut tidak dapat mereproduksi dirinya dalam tubuh serangga. Karena serangga tidak dapat terinfeksi HIV, serangga tidak dapat menularkannya ke tubuh manusia yang digigitnya.
Apakah saya harus khawatir tertular HIV saat melakukan kegiatan olah raga?
Tidak terdapat bukti bahwa HIV dapat ditularkan ketika seseorang melakukan olah raga.
Bisakah saya terkena HIV dari bersentuhan secara biasa? (berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet, minum dari gelas yang juga digunakan oleh seseorang yang terkena HIV, atau berada berdekatan dengan seseorang yang terinfeksi yang sedang bersin atau batuk)?
HIV tidak ditularkan oleh kontak sehari-hari dalam kegiatan sosial, di sekolah, ataupun di tempat kerja. Anda tidak dapat terinfeksi lantaran anda berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet yang sama atau minum dari gelas yang sama dengan seseorang yang terinfeksi HIV, atau terpapar batuk atau bersin penyandang infeksi HIV.

Apakah HIV hanya menjangkiti kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja?
Tidak. Setiap orang yang melakukan hubungan seks yang tak terlindungi, berbagi penggunaan alat suntikan, atau diberi transfusi dengan darah yang terkontaminasi dapat terinfeksi HIV. Bayi dapat terinfeksi HIV dari ibunya selama masa kehamilan, selama proses persalinan, atau setelah kelahiran melalui pemberian air susu ibu.

Sebanyak 90% kasus HIV merupakan akibat dari penularan seksual dan 60-70%kasus HIV terjadi di kalangan heteroseksual.

Apakah kita dapat mengetahui bahwa seseorang terkena HIV hanya dengan melihat dari penampilannya?
Kita tidak dapat mengetahui bahwa seseorang menyandang HIV atau AIDS hanya dengan melihat penampilan mereka. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa saja nampak sehat dan merasa baik-baik saja, namun mereka tetap dapat menularkan virus itu ke anda. Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak.

Bisakah saya terjangkit lebih dari satu infeksi menular seksual (IMS) pada saat yang bersamaan?
Ya. Anda dapat terkena lebih dari satu infeksi penyakit menular (IMS) pada saat yang bersamaan. Masing-masing infeksi memerlukan pengobatannya sendiri. Anda tidak dapat menjadi kebal terhadap IMS. Anda juga dapat terkena infeksi yang sama berkali-kali. Banyak pria dan wanita yang tidak merasa atau melihat gejala awal apapun ketika mereka pertama kali terinfeksi dengan IMS, kendatipun mereka masih bisa menulari pasangan seksualnya.

Ketika seseorang sedang menjalani terapi antiretroviral, dapatkan dia menularkan HIV kepada orang lain?
Terapi antiretroviral tidak dapat mencegah penularan virus ke orang lain. Terapi dapat membantu menurunkan jumlah virus ke tingkat yang tidak terdeteksi, namun HIV masih tetap ada dalam tubuh, dan dapat ditularkan ke orang lain melalui hubungan seksual, dengan bergantian memakai peralatan suntikan, atau melalui ibu yang menyusui bayinya.
Kondom
Kondom merupakan satu-satunya alat yang saat ini tersedia yang memberikan perlindungan dari penularan HIV. Kondom lateks untuk pria merupakan satu-satunya teknologi paling efisien yang tersedia untuk mengurangi penularan HIV secara seksual, dan infeksi menular seksual lainnya.
Saat ini, kurang dari setengah jumlah orang yang berisiko terhadap infeksi HIV dapat memperoleh kondom -- hal ini seringkali semata-mata karena jumlah kondom yang diproduksi tidak mencukupi.
Menurut UNFPA, hanya 4.9% dari perempuan menikah usia subur yang menggunakan kondom. Banyak perempuan merasa sulit atau tidak mungkin untuk merundingkan penggunaan kondom dengan pasangan mereka. Karenanya, ada kebutuhan yang mendesak terhadap pilihan-pilihan perlindungan yang dapat dikendalikan oleh perempuan itu sendiri.
Kondom untuk perempuan merupakan salah satu pilihan. Suatu alat berbentuk silinder yang terbuat dari plastik tipis yang dipakai di dalam vagina, dan juga melindungi wilayah bagian luar vagina.
Kondom perempuan sama efektifnya dengan kondom pria bila dipakai dengan benar. Penggunaannya saat ini sangat terbatas, sebagian besar karena model yang sekarang ada mahal harganya, atau karena perempuan merasa kesulitan untuk menggunakannya, dan masih terdapat perdebatan mengenai masalah penggunaan ulang.
Perempuan
Hampir separuh jumlah orang yang hidup dengan HIV (ODHA) adalah perempuan. Di sub- Sahara Afrika, di mana epidemi paling parah menyerang, jumlah perempuan yang hidup dengan HIV (ODHA) mencapai 57%, dan tiga perempat dari orang-orang berusia muda yang terinfeksi di benua itu adalah perempuan muda yang berusia 15-24 tahun.
Dalam hubungan heteroseksual yang tidak terlindungi, perempuan memiliki dua kali lebih besar kemungkinan untuk tertular HIV dari pasangan penyandang infeksi dibandingkan dengan laki-laki. Lebih jauh lagi, selain kerentanan biologis yang lebih tinggi, perempuan menjadi lebih rentan terhadap HIV akibat kondisi ketidaksetaraan jender.
Ketergantungan ekonomi dan sosial pada pria sering membatasi kekuatan perempuan untuk menolak hubungan seksual atau dalam penggunaan kondom. Dan akses yang tidak memadai terhadap pendidikan dan kesempatan kerja mendorong banyak perempuan untuk memperdagangkan seks untuk bertahan hidup.
Dalam keluarga, perempuan dan anak-anak perempuan sering menjadi korban terparah akibat AIDS, karena beban pengasuhan jatuh ke tangan mereka, dan mereka adalah pihak yang lebih mungkin harus berhenti bekerja atau putus sekolah karenanya. Lebih parah lagi, buruk atau kurangnya hak-hak waris perempuan dalam beberapa masyarakat tertentu menjadikan mereka kehilangan rumah dan tanah ketika suami atau orangtuanya meninggal.
Ketidaksetaraan seksual membahayakan kehidupan perempuan, dan masalah-masalah jender harus dijadikan bahan pertimbangan ketika merancang program-program perawatan dan perlindungan HIV.

[Sumber: UNAIDS]


Remaja
Di seluruh dunia, setengah dari semua infeksi HIV baru dialami remaja berusia 15-24 tahun.
Angka ini menunjukkan bahwa sejumlah besar remaja aktif secara seksual pada usia dini, tidak monogamis, dan tidak menggunakan kondom secara teratur. Selain daripada itu, eksperimentasi dengan narkoba (obat-obatan terlarang), termasuk lewat suntikan, sering juga menjadikan remaja rentan terhadap infeksi HIV. Remaja yang termarjinalkan -- termasuk anak jalanan, pengungsi, dan migran -- khususnya berisiko bila mereka disisihkan dari pelayanan kesehatan, terekspos seks berisiko (apakah untuk mendapatkan makanan, perlindungan, atau uang, atau sebagai akibat dari tindak kekerasan) atau menggunakan obat-obatan terlarang.
Ketidaktahuan mengenai bagaimana HIV ditularkan dan bagaimana cara menghindari infeksi memperparah kerentanan segmen penduduk ini.
Mengambil tindakan untuk minimimalisir ancaman HIV terhadap remaja merupakan kewajiban moral dan sangat penting untuk menghentikan epidemi ini.
Pengalaman menunjukkan bahwa intervensi bagi remaja dan membangun kemitraan dengan mereka, merupakan upaya yang paling efektif. Disamping memanfaatkan energi dan idealisme orang muda, intervensi semacam itu menguntungkan karena orang muda masih dalam dalam tahap pencarian diri dan pada umumnya lebih terbuka dalam mempertanyakan norma-norma sosial dan merubahan perilaku, dibandingkan generasi yang lebih tua
Konseling dan Tes HIV
Konseling merupakan komponen penting dari penanggulangan epidemi AIDS. Orang yang terinfeksi atau terpengaruh oleh HIV, memerlukan informasi, saran, dan dukungan untuk mengatasi keadaannya. Lebih jauh lagi, konseling individual mengenai bagaimana cara memperhatikan dan merawat diri dan orang lain dapat membantu mencegah terjadinya penyebaran lebih jauh HIV.
Konseling juga merupakan bagian penting dari proses pemeriksaan (tes) karena orang yang ingin mengetahui status mereka perlu dipersiapkan secara psikologis saat menerima hasilnya, apakah itu positif atau negatif, dan untuk memahami implikasi hasil tersebut terhadap perilaku.
Konseling dan tes mandiri (VCT) merupakan awal dari upaya pencegahan dan pelayanan pengobatan dan perawatan. Namun di banyak negara, akses terhadap VCT sangatlah terbatas, dan kurang dari 10% ODHA di negara-negara berkembang menyadari dirinya terinfeksi.
Alasan filosofis dan etis yang mendukung kesinambungan VCT saat ini sedang mengalami revisi sesuai dengan adanya kemungkinan-kemungkinan pengobatan baru.